Menceritakan kembali cerita dongeng

 1. Kancil dan Buaya

Suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya. Di tengah jalan, ia harus menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang sangat lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lalu ia mendekat ke tepi sungai.

"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya kancil dengan suara yang dikeraskan.

Tak lama kemudian, munculah seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."

"Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.

"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari raja hutan, jadi janganlah kau makan aku dulu," jawab kancil.

"Ada apa sebenarnya kancil, ayo cepat katakan," kata buaya.

"Baiklah. Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sini. Raja hutan hendak memberikan hadiah untuk kalian," ujar kancil.

"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.

Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata hanya diperdaya oleh si kancil.

Dengan cerdik, si kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai dan lolos dari cengkraman buaya yang lapar.

Kisah kancil dan buaya mengajarkan bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan. Meskipun berada di situasi sesulit apapun. Meski begitu, berbohong juga tidak patut dibenarkan ya, Bunda.

 

 

 2. KISAH POHON APEL

Suatu masa, terdapat sebuah pohon apel yang sangat besar, rimbun, dan banyak sekali berbuah apel yang manis dan berwarna merah. Seorang anak kecil senang sekali main di sekitar pohon itu.

Namun beranjak semakin besar anak kecil sudah tidak lagi bermain di sekitar pohon, dan membuat si Pohon Apel bersedih.

Suatu hari si Anak kecil yang sudah tumbuh remaja datang ke tempat Pohon Apel. “Hai anak muda kemarilah bermain-main di sekelilingku” kata si Pohon Apel.

“Aku tidak sempat bermain, aku kelaparan, tidak punya uang, dan aku tidak tahu harus berbuat apa” ucap Si Anak. “Kalau begitu ambillah semua buahku, dan juallah di pasar” tawar si Pohon Apel.

Si Anak senang sekali, mengambil semua pohon apel dan menjualnya di pasar hingga ia bisa mendapatkan uang.

Lama si Anak tidak datang lagi dan membuat si Pohon Apel kesepian kembali. Beberapa tahun setelahnya si Anak kembali, dan pohon apel senang sekali.

“Hai anak muda, kemarilah dan bermain di sekitarku” kata si Pohon Apel.

“Aku tidak punya waktu bermain, rumahku habis kebakaran, dan aku serta anak istriku tidak memiliki rumah lagi sekarang,” ujar si Anak sedih.

“Kalau begitu potong saja bahanku untuk dijadikan rumahmu” ucap Si Pohon Apel. Si Anak gembira luar biasa dan langsung memotong habis batang pohon hanya menyisakan sedikit batang serta akarnya.

Bertahun-tahun lamanya si Anak tak kembali lagi. Si Pohon Apel benar-benar merasa kesepian. Namun suatu hari si anak kembali lagi, wajahnya sudah tua, tubuhnya sudah bungkuk.

Namun si Pohon Apel masih tetap mengenalinya. “Apa lagi yang kau butuhkan nak? Aku sudah tidak memiliki apa-apa. Buahku sudah habis, batangku pun sudah kau tebang. Aku hanya memiliki akar saat ini” ucap si Pohon Apel. “Aku hanya membutuhkan tempat beristirahat untuk tempat tinggal abadiku. Dan aku memilih tempat ini di dekatmu.

Karena kamu adalah teman terbaikku” ungkap si Anak. Pohon apel senang sekali mendengarnya.

Si Anak yang sudah menjadi kakek-kakek itu pun meninggal dan dikuburkan di dekat pohon apel itu.

 

 

 3. Kawanan Semut dan Belalang

Di suatu hari yang panas, seekor belalang duduk di atas pohon sambil menyanyi dan meminum air dingin.

Di hadapannya terlihat kawanan semut sedang sibuk mengangkat bahan-bahan makanan dari tempat satu ke tempat yang lain.

Sambil bersantai, Belalang menyindir kawanan semut-semut itu.

Sungguh semut-semut yang aneh, di hari sepanas ini, masih saja bekerja. Lebih baik seperti aku, bersantai-santai sambil minum air dingin, berteduh di bawah rindangnya pohon. "Hai semut-semut, bergabunglah bersamaku! Bersantailah dulu sejenak!"

Salah satu dari semut itu menjawab "Kami harus mengumpulkan makanan wahai Belalang. Kalau kami tidak mengumpulkan makanan sekarang, kami akan kelaparan di musim dingin nanti. Lebih baik kamu juga mengumpulkan makananmu dibandingkan bersantai seperti itu."

"Hah, buat apa kumpulkan makanan dari sekarang. Musim dingin masih sangat lama, aku masih punya banyak waktu untuk mengumpulkan makanan. Lebih baik aku sekarang bersantai saja," ujar Belalang tanpa mengindahkan ucapan semut.

Namun, si Belalang terus menerus santai dan tidak berusaha untuk mengumpulkan makanan untuk musim dingin.

Benar saja, saat musim dingin tiba, salju tebal melapisi seluruh daerah, sehingga Belalang tidak mendapatkan satu makanan pun.

Ia menangis meratapi nasibnya yang hanya bersantai tidak mengumpulkan makanan selama musim panas.

Akibatnya sepanjang musim dingin, Belalang hidup dengan kelaparan. Sedangkan kawanan semut, berpesta pora dengan makanan yang ia kumpulkan selama musim panas.


TUGAS :

PILIH SALAH SATU DARI DONGENG DIATAS PELAJARI KEMUDIAN CERITA KEMBALI DONGENG YANG KALIAN PILIH MELALUI VIDEO POSISI HP TIDUR 

MEMAKAI SERAGAM RAPI JILBAB RAPI 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dokumentasi Ampel 2022 SDI Al mubarok